Ada yang istimewah nih di Kampus Akpar Majapahit pada tanggal 22-25 April 2013 kemarin.
Pasalnya,
Akpar Majapahit kedatangan tamu sebanyak 11 taruna Akademi Angkatan
Laut (AAL) Bumimoro, Krembangan Surabaya ---dari Korps Suplai--- yang
ingin menimba ilmu tentang tata cara minum teh ala Jepang.
Sebagai sekolah Tinggi Pariwisata, teman-teman Akpar dan para dosen pun menyambut baik siapa saja yang akan visit ke kampus Akpar Majapahit.
Lalu ngapain aja sih kegiatannya ?
Yuk kita intip bareng-bareng ..
Uniform
chef pada umumnya berwarna Putih dan kolaborasi lainnya. Sekarang ada
yang beda nih di Lap.Pastry Akpar Majapahit hari itu, seragam coklat
berbaret AAL (Akademi Angkatan Laut) ini sedang membanjiri Dapur Pastry
kita, mereka sedang belajar masak dengan Dosen Pastry Akpar Majapahit
Chef Micky dan belajar aneka masakan Jepang bersama Chef R. Bagus
Handoko.
Untuk
suksesnya acara tersebut, pihak Akpar Majapahit menghadirkan langsung
dosen Mrs. Iwasaki Yasui (native speak) dan dua orang mahasiswa dari
Jepang yakni Hiroe Miyake dan Nanaho Miyake, yang saat ini belajar di
Unitomo dalam program pertukaran mahasiswa (student exchange).
Dari
pihak kampus Akpar Majapahit nampak hadir dalam jamuan minum teh ala
Jepang adalah Hedy W. Saleh, Machtucha dan Chef R Bagus Handoko, sedang
dari pihak Unitomo diwakili Cicilia Tantri Suryawati dan Mrs Iwasaki
Yasui (dosen).
Menurut
Chef R Bagus Handoko (tengah), kehadiran 11 taruna AAL (kadet) Tingkat
II yang belajar kuliner di kampus Akpar Majapahit ini merupakan langkah
awal dari kerjasama yang dirintis oleh kedua lembaga. "Begitu juga
dengan pihak Unitomo, kami juga menjalin kerjasama terutama yang
berhubungan dengan bidang studi Bahasa Jepang berikut pernak-perniknya,”
ujar chef Bagus Handoko, yang juga menjadi dosen tidak tetap (food
& beverage) di AAL.
Para
kadet pun nampak antusias mengikuti penjelasan langsung dari native
speak Mrs. Iwasaki Yasui yang dipandu bersama Cicilia Tantri Suryawati,
Chef Bagus Handoko dan Machtucha. Para kadet juga dipersilakan untuk
mempraktikkan secara langsung tata cara minum teh ala Jepang dengan
didampingi langsung oleh dua mahasiswi Jepang yang sekarang belajar di
Unitomo.
Asisten
Direktur III Akpar Majapahit Machtucha, Dipl.Hot., SE, M.Par
mengatakan, upacara minum teh (chanoyu) adalah suatu etiket mengenai
tata cara menyajikan teh dan menikmatinya.
Menurut historisnya, teh pertama kali masuk ke Jepang sekitar abad 8
(zaman Nara) dibawa oleh para pendeta dan cendikiawan dari China dan
meluas di kalangan para bangsawan. Pada saat itu, dibandingkan sebagai
minuman, teh lebih dikenal sebagai obat.
Pada awal zaman Kamakura (sekitar akhir abad 12 sampai awal abad 14),
bibit teh dibawa dari China dan ditanam di Jepang. Pertama kali teh
ditanam di Jepang di kuil Kousanji di daerah Kyoto Utara. Upacara sekitar minum teh pertama kali dirancang oleh Murata Shukou, sekitar akhir abad 15.
Murata
Shukou yang selalu mendampingi Shogun Ashikaga Yoshimasa mencoba
menemukan keserasian kehidupan hening, sunyi, lepas dari kegaduhan
duniawi, serasi dengan alam.
Adapun yang berjasa dalam mengangkat upacara minum teh ke dalam dunia
seni adalah Senno Rikyuu, seorang warga Sakai (Osaka). Hingga sekarang,
Chanoyu merupakan suatu bentuk kesenian khas Jepang yang memiliki
keindahan absolut.
Upacara
atau tata cara minum teh ala Jepang (chanoyu) punya banyak aturan.
Tidak sesederhana yang kita pikirkan. Tapi hal ini membuat tata cara
minum ala Jepang menjadi istimewa.
Ketika
Anda bertamu dan disuguhi teh oleh tuan rumah, maka Anda tidak boleh
langsung meminumnya. Ada beberapa hal yang harus dilakukan sebelum
menikmati teh hijau yang baru saja dibuat tuan rumah. Dalam chanoyu, teh
disajikan dalam cawan yang biasanya memiliki motif di salah satu
sisinya.
Gerakan
yang sama juga diterapkan untuk cawan-cawan tidak bermotif. Teh hijau
dalam cawan tersebut harus dihabiskan sebagai tanda hormat. Agar tehnya
tandas tidak bersisa, ditegukan terakhir lebih baik diseruput, sedot
sampai habis.
Setelah
selesai minum teh, tamu dapat memperhatikan detil cawan, mulai dari
motif hingga nama pembuat yang biasanya ada di bagian bawah cawan. Perlu
diingat, setiap cawan itu berbeda-beda, Anda belum tentu bisa bertemu
dengan cawan yang sama. Selain itu, cawan juga sangat berharga, jadi
ketika melihatnya harus sangat berhati-hati.
Kebiasaan
minum teh di Jepang merupakan ritual tradisional dalam menyajikan teh
untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chato atau cha no yu, kalau di luar
ruangan disebut nodate.
Teh
disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum
teh yang disebut Tea Master. Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan
diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Dihidangkan dan dinikmati
sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut
chashitsu. Tea Master, orang yang menyiapkan teh memberikan cangkir
(yang sebenarnya mangkok) tidak sembarangan, namun sesuai "kepribadian"
para tamu, biasanya para lelaki diberi cangkir yang simple, dan para
wanita diberi cangkir bunga.
Pada
umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat
dari teh hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha
disebut matchado, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha
disebut senchado.
Posisi
dan teknis minum teh juga ada aturannya. Posisinya adalah seperti duduk
di antara dua sujud pas sholat. Bagi yang tak terbiasa, ini adalah
posisi yang tidak nyaman.
Selain
itu, sebelum menempelkan cangkir ke bibir, cangkir diletakkan di
telapak tangan kiri dan tangan kanan harus memutar cangkir 180 derajat
dalam tiga putaran! Jika lupa, ini dianggap sangat tidak sopan, dan tuan
rumah akan sangat tersinggung. Karena gambar bunga-bunganya harus
terlihat di depan sehingga tuan rumah mengetahui bahwa kita sangat
menikmati teh tersebut.
So, jika Anda berkesempatan dijamu orang Jepang, maka tidak bingung harus bersikap seperti apa.
Teman
teman dari semester 2 Perhotelan akhirnya juga menambah banyak
pengetahuan tentang jamuan orang jepang,mereka juga ikut menerapkan
Service ala Hotel sesuai dengan teori F & B Service yang telah
diperoleh. (/nisa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar